Suluk.id – Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan studi Al Quran dan Tafsir di Indonesia jauh lebih mendalam dan luas dibanding dengan studi hadis. Kehampaan dan kevakuman akademik di ranah keilmuan hadis disebabkan adanya beberapa faktor. Faktor ini berimplikasi pada beberapa aspek yang kemudian secara kultural menghasilkan paradigma baru. Namun sejalan ini walaupun di Indonesia kemajuan studi hadis masih tampak suram ternyata setelah ditelusuri terdapat beberapa titik terang yang menjadi tonggak kemajuan studi hadis di Nusantara. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa istilah baru di ruang lingkup kajian hadis kontemporer.
Pertama, Hadis Ekonomi. Beberapa hadis setelah dikaji menggunakan metode dan paradigma kontekstual ternyata ditemukan unsur ekonom di dalamnya, beberapa hadis tentang zakat dan sadaqah menjadi salah satu bagian dari kajian di dalamnya. Pasalnya beberapa hadis persoalan ini secara linier menghasilkan cabang keilmuan lain seperti ilmu hisab dan ilmu pemasaran. Pengkaji hadis modern seperti Isnaini Harahap, Dkk secara masif dan intens mengkaji hadis bidang ekonomi. Ini dibuktikan dengan adanya buku “Hadis Hadis Ekonomi’ yang diterbitkan di kencana Jakarta 2015.
Kedua, Hadis Tarbawi. Hadis Tarbawi merupakan beberapa hadis yang secara khusus menjelaskan masalah pendidikan. Seperti yang diketahui bahwa Nabi Muhammad saw merupakan seseorang yang peduli terhadap pendidikan maka setiap ajaran yang disampaikan kepada sahabatnya mengandung unsur pendidikan. modern ini secara intens pengkaji hadis seperti Abdul Majid Khon menelaah beberapa hadis yang berkaitan dengan pendidikan untuk ditafsirkan dan dipahami secara akademik. Spesifikasi hadis Tarbawi ini kemudian dijadikan silabus dan beberapa bahan ajar di bangku pesantren, persekolahan, dan perguruan tinggi.
Ketiga, Hadis Misoginis. Isu tentang kewanitaan menjadi isu populer yang bukan hanya terjadi di sosial kemasyarakatan namun di paradigma keilmuan hadis. Isu ini dipopulerkan oleh beberapa pegiat gender seperti Amina Wadud yang kemudian menjadi perhatian tersendiri bagi pengkaji hadis di Indonesia seperti Nasrullah salah satu Dosen di UIN Maliki Malang. Hal ini dibuktikan dengan disertasinya yang fokus terhadap pembahasan hadis misoginis dengan judul “Konstruksi Sosial Hadis Hadis Misoginis (Studi Living Sunnah Perspektif Aktivis Organisasi Keagamaan Di Kota Malang”.
Keempat, Hadis Bimbingan Konseling. Beberapa hadis yang menjelaskan tentang bimbingan konseling ditelisik oleh pengkaji hadis Indonesia salah satunya adalah Nailul Falah. Dosen Fakultas Dakwah UIN SUKA Yogyakarta ini memfokuskan diri di bidang hadis yang berjalan di bidang tematik BKI awalnya disebabkan adanya tuntutan silabus pembelajaran hingga kemudian setelah terdapat perkembangan dan antusias yang cukup banyak akhirnya penelitian ini dilanjutkan olehnya dan beberapa pengkaji hadis lainnya. Salah satu buku yang berhasil terbit di bidang ini adalah buku dengan judul Hadis BKI: Bimbingan Konseling Islam.
Kelima, Hadis Sekte. Beberapa aliran dalam Islam membawa dampak yang cukup besar terhadap pemahaman hadis. Bukan hanya di Indonesia, beberapa negara yang penduduknya bermukim umat Islam juga mengkaji literatur ini. Sekte menjadi satu aspek yang menjadi awal dai adanya paradigma pemahaman hadis yang berbeda beda. Hal ini disebabkan adanya perbedaan dan kelompok Islam yang mempunyai perbedaan di cara dan pola pandang terhadap teks, penerapan ritual keagamaan, dan tradisi lingkungan sekitar. Hal ini yang menjadi ketertarikan tersendiri bagi pengkaji hadis untuk menggali secara spesifik tentang ruang lingkup hadis sekte.
Keenam, Hadis Fitnah. Istilah hadis fitnah dipopulerkan oleh Muhammad Anshori melalui disertasinya. Penelitian disertasinya terfokus pada beberapa hadis tentang fitnah pada kitab hadis Al Mustadrak Ala Al Shahihain karya Al Hakim An Naisaburi. Melalui paradigma dan pendekatan sejarah beliau berhasil menyukseskan penelitiannya. Keberhasilannya dalam menjelajah studi hadis di bidang ini mengantarkannya sebagai tonggak observasi atas istilah hadis fitnah di Indonesia.
Ketujuh, Hadis Politik. Beberapa hadis yang menjadi kajian hadis ini tertuju pada hadis kepemimpinan dan pemerintahan Islam. Sebagaimana yang diketahui bahwa politik merupakan alat yang digunakan untuk mengatur, mengendalikan, dan mengayomi sebuah masyarakat yang berada di bawah naungan kekuasaan pemerintahan maka beberapa kajian hadis tentang hadis politik juga berfokus pada kajian ini.
Kedelapan, Hadis Ahwal Syakhsiyah. Hadis tentang keluarga dan cara mengatur rumah tangga menjadi fokus perbincangan dalam istilah hadis Ahwal Syakhsiyah. Istilah hadis ini pertama kali dipopulerkan oleh nor salam dengan bukunya yang berjudul “Hadis Ahwal Syakhsiyah: Konsep, Metodologi Kajian dan Identifikasi dalam Kutubus Sittah” yang diterbitkan di Malang tahun 2019 silam. Dalam buku ini dijelaskan beberapa kritik sanad maupun matan dan dilengkapi dengan proses takhrij. Setelah ditemukan di mana hadis terkait berada maka oleh beliau ditafsirkan menggunakan pendekatan Fiqh Al Hadis.
Perkembangan istilah hadis sebagaimana yang disebutkan penulis di atas bersifat dinamis artinya dapat berkembang. Maka penulis dan pembaca masih berkesempatan untuk terus mengembangkan studi hadis dan wacananya sehingga menghasilkan suatu pemikiran, paradigma, dan istilah baru yang relevan dengan zaman dan bersinergi dengan dunia akademik.
Penulis : Ahmad Misbakhul Amin / Pengkaji dan Mahasiswa Ilmu Hadis
Suluk.id merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan