Suluk.ID
Saturday, May 17, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Ngilmu

Manifesto Intelektual Sufi: Burhan dan Wujud Pengetahuan

by Ahmad Dahri
June 2, 2019
in Ngilmu
Manifesto Intelektual Sufi: Burhan dan Wujud Pengetahuan
Share on Facebook

Bahwa kita, atau lebih tepatnya saya terkadang lupa menangkap janji Tuhan yang akan – sudah terpenuhi. Tuhan menggunakan kata “Qad” sebagai bentuk kesungguhan atas apa yang akan terjadi, dalam hal ini bertemu dengan kata kerja yang berarti datang (“Ja’a”) dengan bentuk kata kerja mudhari’ atau bermakna sedang – sekarang.

Yang berarti Tuhan menegaskan apa yang menjadi hakNya. Dan sayangnya, ketidakajegan yang saya rasakan mengakibatkan buntu di dalam pikiran.

Maka wajar jika kondisi sedang tidak menentu, maka kegiatan yang sedang dikerjakan akan terkena imbas dari apa yang sedang dirasakan. Surat an Nisa, ayat 174 menegaskan bahwa Tuhan benar-benar mendatangkan burhan, yang dipungkasi oleh nur atau cahaya.

Objeknya adalah manusia. Dengan kata lain semua manusia menerima burhan yang kebanyakan orang mengartikan pertolongan. Dan akan menjadi satu jalan yang terang benderang, karena bersifat Cahaya.

Bahwa tiada yang sia-sia dari segala kehendak Tuhan. Oleh sebab itu pengetahuan meta – etika dalam sudut pandang cahaya di dalam Al Quran harus benar-benar dipahami. Di tengah perkembangan filsafat, Aristoteles meenyumbangkan pemikiran akal – budhi manusia.

Nichomachean Etich, menegaskan berbagai capaian batin manusia tentang satu rasa yang dinamakan “Kebahagiaan.”

Cahaya akan terlampau terang ketika dipandang dari jarak yang jauh. Dan akan menjadi gelap kemudian silau ketika terlampau dekat memandangnya. Pun kebahagiaan.

Tidakkah tukang sapu di jalan sangatlah mulia ketimbang para pengguna mobil keluaran Jerman dan kawan-kawan. Tetapi siapa yang lebih dieluh-eluhkan? Burhan dari Tuhan terpancar menjadi berbagai dimensi. Dimensi pengetahuan, dimensi akal – budhi bahkan meta – etika.

Bahkan seorang kafir tawanan perang masih memiliki nurani kemanusiaan dalam hati. Dan akhirnya Rasul melepasnya dan mengembalikan harta rampasan. Maka ketika keyakinan dalam hati berlabuh kepada Tuhan maka burhan-Nya mengalir melalui pengetahuannya melihat sikap Rasul Muhammad SAW.

Burhan lahir dengan sangat misterius. Tuhan menciptakannya dengan segala kemisteriusan-Nya. Sabda Nabi, “Tunjukkan kepadaku suatu hal sebagaimana adanya. Engkau membuat suatu hal tampak indah padahal kenyataannya sangatlah buruk. Maka tunjukka kepada kami seatu hal sebagaimana adanya. Karena hanya akan menjerumuskan kami ketika kami tiada mengetahuinya.”

Burhan datang tidak hanya sebagai ketentuan Tuhan. Ia muncul sebagai hal yang diperjalankan, sehingga manusia sebagai penerima burhan Tuhan adalaha makhluk yang diperjalankan. Menyadari situasi diperjalankan atau diperintah sangatlah sukar.

Oleh karenanya sejernih dan sebaik apapun penilaian terhadapa siapapun, tidak akan lebih baik dari penilaiannya. Sehingga burhan akan menuju siapa saja yang Tuhan kehendaki.

Siapa saja yang Tuhan inginkan. Bukan hanya kepada ia yang berjubah, berpeci atau kaya raya. Tetapi tukang bakso, pemulung dan orang yang dianggap gila oleh kebanyakan akan menerima burhan pancaran cahaya Tuhan. (*)

Ahmad Dahri
Ahmad Dahri
Tags: BurhaniSufi
Previous Post

Ghasab Sarung Sang Kiai

Next Post

Ujian Cadar Natasya di Acara Istri Gus Dur

Related Posts

Pandangan NU Tentang Tadabbur Alam

Pandangan NU Tentang Tadabbur Alam

by Redaksi
May 12, 2025
0

Tadabur alam merupakan bentuk perenungan mendalam terhadap ciptaan Allah SWT yang mengajak manusia untuk menyadari kebesaran dan keagungan-Nya. Dalam tradisi...

Menumbuhkan Manusia Merdeka: Menyatukan Gagasan Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Paulo Freire untuk Pendidikan Indonesia

Menumbuhkan Manusia Merdeka: Menyatukan Gagasan Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Paulo Freire untuk Pendidikan Indonesia

by suluk
May 4, 2025
0

Pendidikan bukan sekadar proses transfer ilmu atau mengisi kepala anak dengan pengetahuan. Lebih dari itu, pendidikan adalah proses memanusiakan manusia....

Membaca Optimisme Masa Depan Pendidikan Indonesia

Membaca Optimisme Masa Depan Pendidikan Indonesia

by Mukani
May 1, 2025
0

Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2025 ini mengambil tema Partisipasi Semesta, Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua. Sejak era Presiden...

Mbah Canthing Sebagai Lurah Pertama Desa Mlorah

Filosofi Nyadran dan Akulturasi di Desa Mlorah

by Mukani
April 24, 2025
0

Tradisi nyadran di Desa Mlorah Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk tahun ini digelar hari Jumat Pahing, tanggal 25 April 2025. Ini...

Next Post
Ujian Cadar Natasya di Acara Istri Gus Dur

Ujian Cadar Natasya di Acara Istri Gus Dur

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Perspektif Humanis dari Dr. Dzinnun Hadi dalam Bincang-Bincang Wanita Karir

Perspektif Humanis dari Dr. Dzinnun Hadi dalam Bincang-Bincang Wanita Karir

May 15, 2025
Sejauh Kaki Melangkah, Aku Akan Akan Kembali

Sejauh Kaki Melangkah, Aku Akan Akan Kembali

May 14, 2025
Membangun Komitmen dan Menebar Berkah: Refleksi Dr. Mutrofin tentang Peran Wanita Karier di Era Modern

Membangun Komitmen dan Menebar Berkah: Refleksi Dr. Mutrofin tentang Peran Wanita Karier di Era Modern

May 14, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025