Suluk.ID
Friday, May 9, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Ngilmu

Menantu Terbaik itu Seorang Santri

by Amrullah Ali Moebin
June 11, 2019
in Ngilmu
Menantu Terbaik itu Seorang Santri
Share on Facebook

Matahari sedang marah sepertinya. Sampai-sampai membuat bumi serasa lebih panas dari biasanya. Tapi, panas itu segera berubah menjadi adem. Saat aku berpapasan dengan bocah-bocah bersarung. Menggayuh sepeda. Ada tas kecil dikempitnya. Ati terasa maknyes.

Mereka, bocah bersarung itu. Sedang benyusuri tepi jalan. Lebih dari tiga orang. Mereka berusaha menepi karena tak ingin menghalang-halangi pengendara lainnya. Setelah melihat sebuah gapura. Mereka mulai melaju ke tengah. Berusaha menyebrang dan masuk di gang itu. Sebuah gapura yang bertuliskan sebuah pesantren di Singgahan Tuban.

Seketika saya berhenti. Memandangi kaum bersarung itu hingga semua lenyap ditelan mulut gang. Sesekali aku memotretnya secara diam-diam. Di daerah Tuban Selatan memang cukup banyak pesantren. Termasuk Singgahan yang selalu aku lintasi saat akan ke Blora. Bangilan juga tak kalah banyak. Termasuk Senori.

Seorang kawan pernah bercerita ada pesantren yang kiainya senang berpuasa di Tuban selatan. Saking rutinnya ada julukan tersendiri. Kalau tidak salah Mbah Soim. Dulu saat sang kiai memimpin pesantren.

Banyak, santri yang datang ke Singgahan. Sebuah pesantren kecil dalamnya selalu bergemuruh ilmu. Mulai ilmu pengetahuan hingga ilmu kebatinan. Semua tersedia di pesantren ini.

Singgahan adalah wilayah yang tepat untuk keberadaan pesantren. Sebab, daerah ini selalu digunakan untuk persinggahan orang-orang hebat.

Kini, aroma pesantren memang tak seperti dulu. Jumlah santri pun demikian. Namun, saat aku melihat para santri bersarung menunggang sepeda dan mengapit kitab. Sontak aku sadar aroma pesantren masih cukup kuat di tengah era kids jaman now yang sok milenial itu.

Beberapa teman yang anaknya menginjak dewasa sedang gelisah. Di tengah era serba canggih ini memilih sekolah pun menjadi sulit. Sebab, tak menjamin sekolah negeri ternama di sebuah kota bisa menjamin baik pendidikannya.

Mereka memilih pesantren sebagai alternatif untuk mendidik anaknya. Lalu, pesantren yang bagaiamana yang dipilih? Itu juga akan membutuhkan waktu lagi untuk memilihnya. Jadi, menjadikan anaknya sebagai santri sudah dianggap solusi di tengah caruk maruknya pergaulan anak muda.

Menurut beberapa literatur setidaknya ada dua pendapat yang dapat dijadikan rujukan apa santri itu. Pertama santri berasal dari kata “Santri” dari bahasa sansekerta yang artinya melek huruf.

Kedua, kata santri berasal dari bahasa Jawa “Cantrik” berarti seseorang yang mengikuti seorang guru kemanapun pergi atau menetap dengan tujuan dapat belajar suatu keilmuwan kepadanya.

Pendek kata mereka yang berada di pondok pesantren bisa disebut santri. Gus Mus punya pendapat lain. Kiai nyentrik ini menyebut santri bukan mereka yang mondok saja. Tapi, mereka yang memiliki perilaku seperti santri mereka juga disebut santri.

Kini santri telah menjadi mode, benarkah? Apakah hari santri benar-benar telah mengangkat derajat santri? Itu perlu dilakukan penelitian terlebih dahulu. Banyaknya foto profil dengan bingkai tulisan bangga jadi santri belum bisa menjadi ukuran.

Tapi, saya berkeyakinan santri adalah makhluk segala zaman. Di era apapun santri selalu mengambil ruang. Sekarang, sejumlah santri telah mengisi pos-pos penting. Baik di tataran pemerintahan hingga pertanian.

Bagi saya, santri ibarat air. Kehadirannya bisa menyegarkan suasana. Kadang santri menjadi tanah. Siap diinjak dan ditanami. Namun akan berontak ketika diinjak atau ditanami bangunan keangkuhan penguasa. Santri bisa menjadi langit yang terus mengayomi tanpa bertanya apakah mereka berTuhan sama atau tidak.

Santri punya cara tersendiri dalam menjalani hidupnya. Di pondok mereka tak diizinkan membawa gawai. Bahkan melihat televisi. Kondisi inilah yang membuat santri harus memaksa dirinya membaca buku atau kitab.

Apa lagi yang akan mereka lihat kalau tidak buku atau kitabnya. Jadi, jangan kaget kalau santri itu gila dengan buku. Bila ada santri yang tak gandrung dengan buku perlu dipertanyakan apa yang dilakukan di pondok.

Hiburan seorang santri adalah cangrukan dan omongan-omongan sesama santri. Lumrah sekali, bila khazanah cerita unik selalu lahir dari para santri. Guyonan khas cah pondok memang selalu segar.

Bila anda sedang berburu menantu pilihlah cah pondok. Sebab, mereka adalah menantu idaman. Akhirat terjamin dan akan menjadi teman ngobrol yang mengenakkan bagi mertua.

Mertua yang baik itu memang relatif. Baik menurut siapa itu kondisional. Namun, menantu seorang santri ini akan bisa menyelami mertuanya. Dari apapun latar belakang mertuanya. Santri akan tetap woles. (*)

Amrullah Ali Moebin

Redaktur suluk.id

Tags: Menantu IdamanSantri
Previous Post

Ulil Abshar, Pendekar Barat Bergeser ke Timur

Next Post

Menjadi Alumni Pondok Sarang, Meskipun Hanya Sehari

Related Posts

Menumbuhkan Manusia Merdeka: Menyatukan Gagasan Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Paulo Freire untuk Pendidikan Indonesia

Menumbuhkan Manusia Merdeka: Menyatukan Gagasan Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Paulo Freire untuk Pendidikan Indonesia

by suluk
May 4, 2025
0

Pendidikan bukan sekadar proses transfer ilmu atau mengisi kepala anak dengan pengetahuan. Lebih dari itu, pendidikan adalah proses memanusiakan manusia....

Membaca Optimisme Masa Depan Pendidikan Indonesia

Membaca Optimisme Masa Depan Pendidikan Indonesia

by Mukani
May 1, 2025
0

Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2025 ini mengambil tema Partisipasi Semesta, Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua. Sejak era Presiden...

Mbah Canthing Sebagai Lurah Pertama Desa Mlorah

Filosofi Nyadran dan Akulturasi di Desa Mlorah

by Mukani
April 24, 2025
0

Tradisi nyadran di Desa Mlorah Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk tahun ini digelar hari Jumat Pahing, tanggal 25 April 2025. Ini...

Pelajaran Pertama yang Saya Dapat adalah Istiqomah

Pelajaran Pertama yang Saya Dapat adalah Istiqomah

by Muchamad Rudi C
April 22, 2025
0

Dikatakan santri, saya juga bukan seorang santri tulen. Apalagi santri kaafah yang menguasai banyak ilmu pesantren dari jenjang kelas Ibtidaiyah...

Next Post
Menjadi Alumni Pondok Sarang, Meskipun Hanya Sehari

Menjadi Alumni Pondok Sarang, Meskipun Hanya Sehari

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Khoirul Malik: Bahasa dan Proposal Riset adalah Kunci Menembus Beasiswa Studi Internasional

Khoirul Malik: Bahasa dan Proposal Riset adalah Kunci Menembus Beasiswa Studi Internasional

May 7, 2025
Keberuntungan Adalah Kesempatan Bertemu Kemampuan, Rudi Cahyono Bagikan Perjalanan Inspiratif Raih Beasiswa Unggulan Kemendikbud

Keberuntungan Adalah Kesempatan Bertemu Kemampuan, Rudi Cahyono Bagikan Perjalanan Inspiratif Raih Beasiswa Unggulan Kemendikbud

May 7, 2025
Scholarship Station FUAD UIN SATU Hadirkan Cerita Inspiratif Syahril Siddik, Alumni Leiden University

Scholarship Station FUAD UIN SATU Hadirkan Cerita Inspiratif Syahril Siddik, Alumni Leiden University

May 7, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen

Suluk.ID © 2025