Bismillahirrahmanirrahim,
Sebentar lagi sebagian umat Islam menunaikan ibadah haji. Tidak semua orang Islam mendapat kewajiban melaksanakan rukun Islam kelima ini, kecuali bagi yang mampu.
Ada yang mengatakan bahwa orang bisa berangkat ke tanah suci itu memang dikehendaki dan dimudahkan untuk memenuhi panggilan Tuhan. Tidak sedikit orang yang berduit tapi tak sempat ke sana atau memang tak terlintas niat ke sana.
Sebaliknya, banyak orang yang secara finansial nihil berangkat ke sana, ternyata justru dimudahkan dan berangkat menunaikan ibadah haji. Entah siapa yang tahu kehendak Tuhan. Tapi ada juga yang melaksanakan ibadah ini agar mendapat status istimewa di tengan-tengah masyarakat dengan sebutan resmi: Haji, tanpa peduli keadaan sosial masyarakat yang timpang.
Sebelum keberangkatan ibadah haji, biasanya tradisi masyarakat jawa, sebagaimana juga di daerahku, Tuban, calon jamaah haji mengadakan acara syukuran yang dikemas dengan doa bersama dalam walimatus safar.
Acara ini selain menjadi tradisi juga menjadi wasilah solidaritas masyarakat untuk mendoakan sekaligus titip do’a baik di tanah suci yang terkenal mustajabah itu. Titipan do’a ini seringkali berupa kesempatan agar bisa segera menyusul bisa berangkat haji, memenuhi panggilan Tuhan.
Selain ibadah haji, bulan Dzulhijjah ini menjadi momentum yang sangat istimewa. Hari Raya Qurban atau Idul Adha dilaksanakan setiap tanggal 10. Banyak orang berqurban, biasanya menyembelih kambing atau sapi sampai tanggal 13 Dzul Hijjah. Setelah disembelih daging qurban yang masih mentah dibagi-bagikan.
Orang yang berqurban juga boleh mengambil bagian. Di hari ini umat Islam dari berbagai status menikmati daging qurban yang mungkin jarang dikonsumsi bagi para dhu’afa’. Kecuali orang yang tak suka makan daging, tentu pantangan mengkonsumsinya. Sekalipun dimasak lezat seperti rendang atau sate sekalipun.
Hari raya memang semestinya dirayakan dengan penuh kebahagiaan. Saling berbagi dan mendoakan menjadi tradisi yang selamanya patut dilestarikan. Termasuk menyembelih hewan qurban. Hanya keberkahan yang mengalir di setiap momentum ini.
Tradisi ini telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim di masa silam, saat ia mendapat isyarah dalam mimpinya untuk menyembelih putranya yang bernama Ismail. Tapi atas kehendak Tuhan pula Ismail diganti hewan kambing.
Ismail masih hidup dan Ibrahim juga sudah menunaikan perintah Tuhan dengan baik. Tapi Tuhan tahu yang terbaik. Yang disembelih tidak lain adalah kambing bukan putra kesayangannya. Bisa jadi dari sini tersirat makna bahwa pengabdian hakiki itu butuh pengorbanan.
Musim haji selalu gegap gempita dengan keberangkatan orang-orang yang memang dikehendaki-Nya berangkat memenuhi panggilan-Nya. Syukur Alhamdulillah, Ayah dan Ibuku termasuk orang yang beruntung, beliau berdua telah rampung menunaikan ibadah haji, sekitar tahun 1996, saat aku masih MI/SD.
Sekarang kedua orang tuaku telah berpulang ke rahmatullah. Semoga segala amal baiknya diterima di sisi-Nya, dan dimaafkan segala kekhilafannya.
Tahun ini kakakku akan berangkat haji bersama istrinya. Setelah beberapa tahun mendaftar, alhamdulillah akhirnya tahun ini mendapat kesempatan menunaikan ibadah haji. Seperti biasanya orang yang akan berangkat haji, minggu kemarin kakakku mengadakan walimatussafar di rumah. Semuanya khidmah dalam do’a semoga perjalanan ibadah haji dilancarkan dan mendapatkan ibadah haji yang mabrur.
Sementara aku, lagi-lagi tak sempat mengikuti acaranya. Jarak antara Jakarta dan Tuban bisa menghabiskan waktu seharian. Terlalu jauh. Sementara setumpuk kerjaan harus dirampungkan. Aku juga tak bisa menghadiri keberangkatannya besok tanggal 1 Agustus. Aku hanya bisa titip do’a dari sini.
Semoga kelak bisa mendapatkan kesempatan menunaikan ibadah haji. Aku juga titip do’a agar segala harapan dan rencana baik dikabulkan dan dilancarkan. Semua bagian keluarga bisa menyusul menunaikan iabadah haji dan mendapat kebaikan di dunia dan di akhirat.
Bisa mengabdi dengan baik pada agama, bangsa dan negara. Selain do’a itu, aku juga titip salam pada kanjeng Nabi SAW, semoga diperkenankan mengunjunginya kelak, meski tidak dalam momen haji.
Sebenarnya semula aku juga terbersit agar titip do’a buat seseorang yang sudah aku kenal dengan baik. Apakah memang ia adalah jawaban dari doaku selama ini. Semoga kelak benar-benar dipersandingkan dan bisa berjuang bersama menebar kebaikan.
Selamat ibadah haji Mas Abid dan Mbak Nung, semoga mabrur hajinya dan mendapatkan keberkahan. Salam dari ciputat, dari sudut kampus di taman yang nyaman ini.
Editor Al-Fikrah, Alumni Ponpes Mambaus Sholihin