Suluk.id – Di penghujung jabatanya, Bupati dan Wakil Bupati KH Fathul Huda-Noor Nahar Husein safari di beberapa titik untuk berpamitan. Dalam kesempatan peresmian BMT ASA, MWCNU Kota Tuban dan Griya Sakinah Tuban (GST) Fatayat PCNU Tuban di Jalan KH Mustain No 46. Ada beberapa hal yang disampaikan.
Bupati dua periode itu menyampaikan, bertemu dengan warga NU di peresmian gedung ini adalah pamitan yang kedua setelah dari Dinas Pendidikan.
“Selama 10 tahun kami memimpin, diberi mandat ada keberhasilan, ada yang belum berhasil, ada juga kesalahan. Semua keberhasilan tak terlepas dari Allah Swt. Karena berkat doa dari masyarakat, warga NU khususnya dan warga Tuban umumnya. Kesalahan dan kekurangan itulah dari saya pribadi, maka dari itu saya memohon maaf sebesar besarnya pada kesempatan ini,’’ tuturnya.
Dia mengucapkan selamat atas peresmian kantor pusat BMT ASA Tuban, gedung MWC NU Tuban Kota, dan Griya Sakinah Tuban (GST). Semoga bermanfaat untuk warga Nahdliyin dan masyarakat Tuban secara umum. Menurutnya, ini proyek monumental yang penuh makna.
“BMT ini dirintis sudah lama sejak tahun 2006, kita belajar waktu itu bersama Pak Zen di Pati, kemudian kita kirimkan. Dan gak main-main ya, itu pensiunan BRI Alm. Pak Rahman. Sekian tahun ‘layahya layamut’.
Modal awal hilang, kalau nggak jalan dulu itu wajar. Waktu itu disimpulkan jika NU tidak bisa mengatur keuangan. Iya dimaklumi jika dulu BMT tidak jalan,’’ kenangnya.
Fathul Huda melanjutkan, waktu itu dirinya tidak terima. Dia mengaku ketemu dengan teman seorang kyai. Kemudian ia pernah bertanya kepada Mbah Wahab, bagaimana hukum meminjam uang di bank. Jawabannya kelihatan gampang tapi susah untuk ditafsirkan. Begini jawabnya: “awakmu butuh pora?”
‘’Itukan jawaban orang pintar ndak perlu dalil, Sehingga saya simpulkan jika butuh ya boleh. Supaya ini halal. Saya sama Pak Rowi diskusi terkait pengelolaan BMT. Ada dua koperasi yang besar. Menurut saya, yaitu di Pondok Sidogiri dan KWSG (dua koperasi besar) yang memiliki omzet sudah ratusan millyar,’’ kata Fathul Huda.
Bupati yang juga lulusan pesantren ini melanjutkan ceritanya. Saat itu Pak Rowi akhirnya belajar ke Sidorigi. Tidak hanya belajar, tapi orang BMT di Sidogiri juga dikirim ke Tuban.
“Alhamdulillah BMT ASHA sekarang memiliki beberapa cabang di kecamatan yang ada di kabupaten Tuban. Di akhir masa jabatan ini saya cukup bangga, bahkan saya sangat bangga, karena sekarang BMT sudah memiliki omzet 5 milliar,’’ terangnya.
Dia prihatin kalau NU hanya dikelola oleh orang yang tidak punya duit. Sebab, orang NU yang tidak punya duit biasanya “ngamen”. Siapa yang nggak tahu kalua irang NU suka “ngamen”. Menurut dia, jika NU seperti ini terus kan susah, maka dari itu NU harus mandiri.
“Di beberapa dunia usaha sudah kita bangun, agar orang NU bangun. Dari mulai perikanan, pertanian dan peternakan bolak-balik hilang modal, tapi saya tidak pernah menyerah,’’ tuturnya.
Fathul Huda melanjutkan, Rumah Sakit NU terus diikuti perkembangannya, karena saat ini sudah memiliki asset yang cukup banyak.
“Kami tidak pernah bosan-bosan mbandani NU untuk bisa mandiri, kami juga pernah mengundang pakar di beberapa bidang, termasuk finance. Ini demi anak-anak NU, sumber dananya jelas, tapi sayang, dari 100 anak tidak ada yang bisa mengelola bisnis (gak enek sing netes). Padahal tujuan saya, agar anak-anaka NU mandiri,’’ ujar dia.
Fathul Huda mengatakan dirinya dengan Wabup mandatnya akan habis pada 20 Juni 2021. Dia berpesan jangan sampai menyerah dalam berusaha merawat NU, ini semua demi NU. Karena NU jika tidak dikuati dengan ekonomi, maka jalannya akan normatif dan tidak punya inovasi atau trobosan.
“Makanya NU harus kuat, kalau mau menang harus bersatu. Jangan berjalan sendiri-sendiri. Makanya harus dimunculkan konsep yang bagus,’’ tegasnya. (Wawan Purwadi)
Suluk.id merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan