Suluk.ID
Wednesday, August 20, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Ngilmu

Agama dan Kemanusiaan

by Abad Badruzaman
August 18, 2019
in Ngilmu
agama dan manusia
Share on Facebook

Jika kita mendapati banyak simbol agama lain dapat dikritik atau bahkan diolok-olok, maka umat agama lain juga mendapati hal yang sama pada banyak simbol agama kita. Tentu kita punya banyak argumen buat menepis kritikan atau bahkan olok-olok terhadap simbol-simbol agama kita. Tapi tentu mereka juga punya hal yang sama buat menangkis kritikan atau bahkan olok-olok terhadap simbol-simbol agama mereka.

Apakah ini berarti tidak boleh bangga dengan simbol agama sendiri dan makna-makna yang dikandungnya? Bukan begitu. Salah satu ciri relijiusitas seseorang adalah kebanggaan akan simbol-simbol agama yang dianutnya. Hanya saja kebanggaan itu mestinya bersifat “ke dalam” lalu memancarkan lelaku positif sebagaimana diamanatkan oleh makna-makna yang terkandung dalam simbol-simbol itu.

Sebaliknya, jika kebanggaan itu diekspresikan dengan “menang-menangan” debat, sampai kapan pun kita akan berkutat di kubangan yang sama: saling klaim kebenaran, salik ejek, saling olok, dan pada tahap tertentu bisa saling benci! Pada poin ini kita layak bertanya, apa iya beragama mesti berujung pada kebencian terhadap sesama yang beda agama?

Lalu untuk apa ada Matkul Studi Agama-agama dan Jurusan Perbandingan Agama? Untuk membuka wawasan. Agar tergugah kesadaran akan keragaman. Wawasan dapat melahirkan keterbukaan. Kesadaran akan keragaman dapat memantik kerukunan. Keteguhan akidah harus menancap ke dalam diri. Namun keramahan toleransi harus tetap terpancar keluar. Toleransi bukan hanya memberi ruang bagi perbedaan, tapi juga menghargai siapa pun yang tak sama dengan kita. Menghargai perbedaan sama sekali tidak meruntuhkan keteguhan iman-tauhid yang kita pedomani.

Bagaimana jika seorang penceramah agama ditanya jemaahnya tentang simbol agama lain? Baiknya ia menjawab dengan jawaban “diplomatis”. Yaitu jawaban yang meneguhkan iman-tauhid sang penanya, tapi di saat sama tidak melecehkan simbol agama lain. Bisakah itu dilakukan? Harusnya bisa, karena setiap penceramah agama sebaiknya bukan cuma memiliki banyak ilmu tapi juga kaya akan adab dan etika tentang bagaimana seharusnya beragama di tengah masyarakat yang majemuk.

Memang harus diakui pola relasi antar agama, utamanya Islam-Kristen dalam bentang sejarah dapat dibilang tidak baik-baik saja. Perang Salib hanya salah-satunya. Belum lagi yang sifatnya polemis. Awal-awal orientalisme yang bergandeng-tangan dengan imperialisme, serta issu kristenisasi. Sebelum ada imperialisme Barat atas sejumlah negeri Muslim, ada Islam di Spanyol hampir delapan abad lamanya. Tapi kalau jejak-jejak masa lalu itu terus dirawat di memori kolektif kita, kapan kita dapat menata dunia bersama di mana agama tidak melulu menatap langit tapi melebarkan horizon pandangannya ke bumi dengan segala problem kemanusiannya?

Alinea di atas merupakan “intinya inti” status ini: agama dan kemanusiaan. Pada titik inilah nabi-nabi bertemu, agama-agama bersatu. Ibrahim hadir menentang arogansi Namrud. Musa datang melawan kesombongan Fir’aun. Isa lahir meluruskan makna dan fungsi agama dari penyalahgunaan para agamawan yang main-mata dengan penguasa. Muhammad, dengan “khuluq ‘azhim”-nya menegaskan bahwa kebergunaan bagi sesama merupakan patokan siapa terbaik di antara kita.

Agama-agama memiliki common enemy: kejahatan. Kejahatan adanya di bumi, maka harus dihadapi bersama. Pelaku kejahatan secara formal bisa menganut agama apa saja, maka tidak boleh kita menisbahkannya ke agama tertentu saja. Kejahatan terjadi di belahan bumi mana saja, maka pergumulan sejatinya bukan antar agama-agama melainkan antara kebaikan versus kejahatan. Semua agama juga diminta jawabannya bagaimana mengentaskan kemiskinan, kebodohan, penindasan, kesenjangan dan keterbelakangan banyak dari umat manusia.

Maka perlu pergeseran pemahaman tentang membela agama; dari yang semula berarti membela Tuhan dengan memenangkan perdebatan akidah-teologis, menjadi membela kemanusiaan dengan kerjasama antar agama demi memenangkan kebaikan, kemakmuran, kemerdekaan, kecerdasan, dan kesetaraan.

Abad Badruzaman
Abad Badruzaman

Terlahir sebagai orang “Perancis (Peranakan Ciamis),” Menamatkan SD, MTs dan MAN di Ciamis. Pernah mengajar di Pesantren Darussalam, Ciamis (1997-1998), menjadi penerjemah lepas naskah-naskah berbahasa Arab

Previous Post

Dalil Mengapa Kita Harus Cinta Tanah Air

Next Post

Tuban, Rikolo Jaman Semono!!!

Related Posts

Memahami Tren Wacana Untuk Penyampaian Pesan Dakwah Islam

Memahami Tren Wacana Untuk Penyampaian Pesan Dakwah Islam

by Abdur Rohman Assidiis
August 19, 2025
0

Suluk.id, Akhir-akhir ini, dunia jagat maya sedang digencarkan oleh wacana perbincangan filsafat. Hal ini dipicu oleh salah satu sosok yang...

Memaknai Tiga Ekspresi Kemerdekaan

Memaknai Tiga Ekspresi Kemerdekaan

by Nur Aziz Muslim
August 9, 2025
0

Kemerdekaan bukan sekadar hanya bebas dari penjajahan secara fisik, akan tetapi harus dimaknai sebagai suatu keadaan yang disitu bebas dari...

Merangsang Guru PAI Gairah Berliterasi

Merangsang Guru PAI Gairah Berliterasi

by Mukani
July 29, 2025
0

Tradisi literasi di Indonesia masih perlu ditingkatkan karena masih jauh dibanding negara-negara lainnya. United Nations Education, Scientific and Cultural Organization...

AKULTURASI BUDAYA SEBAGAI PILAR MODERASI DI LINGKUNGAN SOSIAL

AKULTURASI BUDAYA SEBAGAI PILAR MODERASI DI LINGKUNGAN SOSIAL

by elhimmah
July 18, 2025
0

Kehidupan masyarakat yang majemuk, perjumpaan budaya dan agama menjadi realitas yang tidak bisa dihindari. Sebut saja di Indonesia. Sebuah negeri...

Next Post
Tuban, Rikolo Jaman Semono!!!

Tuban, Rikolo Jaman Semono!!!

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Di Balik Tisu Murah, Ada Harga Sebuah Kehidupan

Di Balik Tisu Murah, Ada Harga Sebuah Kehidupan

August 20, 2025
Tampilkan Dua Tumpeng Raksasa, Pawai Budaya Etnik Indonesia SMA Negeri 1 Jombang

Tampilkan Dua Tumpeng Raksasa, Pawai Budaya Etnik Indonesia SMA Negeri 1 Jombang

August 20, 2025
Sugeng Tindak KH Muhammad Thoifur Mawardi, Senyumnya Menyejukkan Ucapannya Menenangkan

Sugeng Tindak KH Muhammad Thoifur Mawardi, Senyumnya Menyejukkan Ucapannya Menenangkan

August 19, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025