Suluk.ID
Sunday, January 17, 2021
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
No Result
View All Result
Suluk.ID
No Result
View All Result
Home Kekabar

Mengapa Harus Membaca Buku Atlas Walisongo

by Rizal Mumazziq
June 10, 2020
in Kekabar
Reading Time: 3min read
0 0
0
Mengapa Harus Membaca Buku Atlas Walisongo
Share on Facebook

Kira-kira begini alasannya, mengapa harus membaca buku Atlas Walisongo karya KH Agus Sunyoto.

Pertama, ada upaya melakukan dekonstruksi sejarah dengan menempatkan Walisongo sebagai sosok “imajinasi-historis”. Mereka disebut tidak pernah ada, dan cerita tutur turun temurun hanya sebagai legenda atau dongeng belaka.

Ini tampak dalam buku karya Sjamsudduha, berjudul “Walisongo Tidak Pernah Ada?” yang berisi asumsi argumentatif bahwa para da’i yang disebut Walisongo–sebagai sebuah lembaga dakwah yang beranggotakan 9 orang tokoh Wali penyebar Islam di Jawa itu tidak pernah ada.

Adapun buku Atlas Walisongo bukan saja menempatkan sosok para wali sebagai pribadi yang nyata, melainkan juga menjadikannya sebagai penggerak peradaban Jawa-Islam.

BacaArtikel

Bedah Buku Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Oleh MWC NU Kecamatan Widang Tuban

Pesan Gus Yaqut untuk Pengurus GP Ansor Tuban

Diskusi Buku Renungan Rektor IAIN Tulungagung tentang Spiritualitas Perkuat Tradisi Kolaborasi Ilmuan

Kedua, jika Anda membaca Ensiklopedia Islam yang tujuh jilid dan mencari informasi tentang Wali Songo, dijamin tidak akan menemukannya. Itu artinya, pada masa depan–kira-kira 20 tahun ke depan—Wali Songo akan tersingkir dari percaturan akademis karena keberadaan mereka tidak legitimate dalam Ensiklopedia Islam. Wali Songo ke depan akan tersingkir dari ranah sejarah dan tinggal mengisi ruang folklore sebagai cerita mitos dan legenda.

Anehnya, di dalam Ensiklopedia Islam itu tercantum kisah tiga serangkai haji: Haji Miskin, Haji Sumanik, Haji Piabang sebagai pembawa ajaran Islam (Wahabi) ke Sumatra Barat. Itu berarti, anak cucu Anda kelak akan memiliki pemahaman bahwa Islam baru masuk ke Nusantara pada tahun 1803 Masehi, yaitu sewaktu tiga serangkai haji itu menyebarkan ajaran Wahabi ke Sumatra Barat.

Dalam keserbaterbatasan segala hal, alhamdulillah buku ATLAS WALI SONGO dengan pendekatan multidisiplin: historis; arkeologi; aetiologis; etno-historis, dan kajian budaya dapat terselesaikan. Isi buku ini sangat membumi dengan proses sinkretisasi-asimilatif dan bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Fakta mencengangkan di buku ini adalah bahwa kerajaan Islam pertama di Jawa bukanlah Kerajaan Demak (abad 15), melainkan Kerajaan Lumajang yang menunjuk kurun waktu awal abad 12, yaitu saat Singasari di bawah Sri Kertanegara.

Ketiga, jika selama ini cerita tutur yang berkembang menempatkan sosok para wali sebagai pemilik karomah dengan kekuatan adikodrati, maka buku Atlas Walisongo menyajikan fakta historis apabila mereka bukan saja sebagai da’i, melainkan juga ahli tata kota, pakar teknologi di bidang pengairan dan ahli pengobatan, arsitek budaya, serta jago dalam olah kesenian: ukir, musik, suara, sastra, dan sebagainya.

Menurut Gus Mus buku ini sangat menarik.

“Buku ini menarik sekali. Agus Sunyoto tidak tanggung-tanggung dan serius sekali dalam menelusuri, meneliti, dan memperdalam sejarah Wali Songo. Kalau tidak lahir buku seperti ini, kita akan terus menggunakan referensi sejarah buatan Belanda.” kata K.H. Achmad Mustofa Bisri, Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatut Thalibin, Rembang.

Sedangkan, Cak Nun pun memberikan pendapat tentang buku Atlas Walisongo. “Buku ini ujung tonggak, komprehensif tentang dakwah Wali Songo. Dalam dakwah Wali Songo, tidak ada satu dimensi kehidupan manusia yang diabaikan. Jadi dakwahnya itu dakwah kelengkapan seluruh kemanusiaan.” ujar Emha Ainun Nadjib, Budayawan.

Sosok dalang keren, Sujiwo Tejo iku bersuara. “Buku Atlas Wali Songo memberikan pemahaman komprehensif tentang Islam di Nusantara. Tanpa buku ini, masa depan Islam akan sangat formal dan karakternya bukan seperti NU. Tanpa menghargai wali Allah, kita hanya menjadi pribadi mukmin, bukan muhsin.” kata Sujiwo Tejo, Dalang dan Penulis Buku. (*)

Rizal Mumazziq

Dosen

Tags: Atlas WalisongoBuku
Previous Post

Usulan Buat Preman Pensiun

Next Post

Sujud: Berbisik di Bumi, Menggema di Langit

Related Posts

Bedah Buku Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Oleh MWC NU Kecamatan Widang Tuban

Bedah Buku Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Oleh MWC NU Kecamatan Widang Tuban

by Muhammad Makhdum
November 7, 2020
0

TUBAN - Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2020 dan menyambut Hari Pahlawan, MWC NU Kecamatan Widang Kabupaten Tuban melaksanakan...

Pesan Gus Yaqut untuk Pengurus GP Ansor Tuban

Pesan Gus Yaqut untuk Pengurus GP Ansor Tuban

by Mutholibin
November 5, 2020
0

‘’Masa depan NU berada di Jawa Timur,  oleh sebab itu sahabat sahabat Ansor Tuban yang baru di lantik ini harus...

Diskusi Buku Renungan Rektor IAIN Tulungagung tentang Spiritualitas Perkuat Tradisi Kolaborasi Ilmuan

Diskusi Buku Renungan Rektor IAIN Tulungagung tentang Spiritualitas Perkuat Tradisi Kolaborasi Ilmuan

by Redaksi
November 4, 2020
0

TULUNGAGUNG – Diskusi buku Menggali Spiritualitas Ramadan Syarah Renungan Rektor IAIN Tulungagung berlangsung gayeng. Diskusi yang digelar LP2M IAIN Tulungagung...

Undangan nulis hudanoor

HudaNoor di Mata Rakyat: Undangan Menulis Antologi Buku

by suluk
November 2, 2020
0

HudaNoor di Mata RakyatUndangan Menulis Antologi Buku Sudah sepuluh tahun kita dipimpin Bupati Fathul Huda bersama wakilnya Noor Nahar. Diakui...

Next Post
Sujud: Berbisik di Bumi, Menggema di Langit

Sujud: Berbisik di Bumi, Menggema di Langit

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

POPULAR

Abah Isun, Kyai Kampung

January 6, 2021
Mengenai Pilkada, Kader NU yang Maju Mewakili Siapa?

Mengembalikan Marwah Nahdlatul Ulama (NU) Pasca Pilkada

December 10, 2020
Mbah Imam, NU dan Segala Guyonannya

Mbah Imam, NU dan Segala Guyonannya

November 29, 2020
Load More

MORE ON TWITTER

Suluk.ID

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan. Media ini dikelola Lembaga Ta’lif wan Nasr Nahdlatul Ulama (LTN-NU) Kabupaten Tuban.

Suluk.ID © 2020 - Dibuat dengan ♥ LTN NU Tuban.

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen

Suluk.ID © 2020 - Dibuat dengan ♥ LTN NU Tuban.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In