Suluk.ID
Saturday, May 17, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Kekabar

Mengapa Harus Membaca Buku Atlas Walisongo

by Rizal Mumazziq
June 10, 2020
in Kekabar
Mengapa Harus Membaca Buku Atlas Walisongo
Share on Facebook

Kira-kira begini alasannya, mengapa harus membaca buku Atlas Walisongo karya KH Agus Sunyoto.

Pertama, ada upaya melakukan dekonstruksi sejarah dengan menempatkan Walisongo sebagai sosok “imajinasi-historis”. Mereka disebut tidak pernah ada, dan cerita tutur turun temurun hanya sebagai legenda atau dongeng belaka.

Ini tampak dalam buku karya Sjamsudduha, berjudul “Walisongo Tidak Pernah Ada?” yang berisi asumsi argumentatif bahwa para da’i yang disebut Walisongo–sebagai sebuah lembaga dakwah yang beranggotakan 9 orang tokoh Wali penyebar Islam di Jawa itu tidak pernah ada.

Adapun buku Atlas Walisongo bukan saja menempatkan sosok para wali sebagai pribadi yang nyata, melainkan juga menjadikannya sebagai penggerak peradaban Jawa-Islam.

Kedua, jika Anda membaca Ensiklopedia Islam yang tujuh jilid dan mencari informasi tentang Wali Songo, dijamin tidak akan menemukannya. Itu artinya, pada masa depan–kira-kira 20 tahun ke depan—Wali Songo akan tersingkir dari percaturan akademis karena keberadaan mereka tidak legitimate dalam Ensiklopedia Islam. Wali Songo ke depan akan tersingkir dari ranah sejarah dan tinggal mengisi ruang folklore sebagai cerita mitos dan legenda.

Anehnya, di dalam Ensiklopedia Islam itu tercantum kisah tiga serangkai haji: Haji Miskin, Haji Sumanik, Haji Piabang sebagai pembawa ajaran Islam (Wahabi) ke Sumatra Barat. Itu berarti, anak cucu Anda kelak akan memiliki pemahaman bahwa Islam baru masuk ke Nusantara pada tahun 1803 Masehi, yaitu sewaktu tiga serangkai haji itu menyebarkan ajaran Wahabi ke Sumatra Barat.

Dalam keserbaterbatasan segala hal, alhamdulillah buku ATLAS WALI SONGO dengan pendekatan multidisiplin: historis; arkeologi; aetiologis; etno-historis, dan kajian budaya dapat terselesaikan. Isi buku ini sangat membumi dengan proses sinkretisasi-asimilatif dan bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Fakta mencengangkan di buku ini adalah bahwa kerajaan Islam pertama di Jawa bukanlah Kerajaan Demak (abad 15), melainkan Kerajaan Lumajang yang menunjuk kurun waktu awal abad 12, yaitu saat Singasari di bawah Sri Kertanegara.

Ketiga, jika selama ini cerita tutur yang berkembang menempatkan sosok para wali sebagai pemilik karomah dengan kekuatan adikodrati, maka buku Atlas Walisongo menyajikan fakta historis apabila mereka bukan saja sebagai da’i, melainkan juga ahli tata kota, pakar teknologi di bidang pengairan dan ahli pengobatan, arsitek budaya, serta jago dalam olah kesenian: ukir, musik, suara, sastra, dan sebagainya.

Menurut Gus Mus buku ini sangat menarik.

“Buku ini menarik sekali. Agus Sunyoto tidak tanggung-tanggung dan serius sekali dalam menelusuri, meneliti, dan memperdalam sejarah Wali Songo. Kalau tidak lahir buku seperti ini, kita akan terus menggunakan referensi sejarah buatan Belanda.” kata K.H. Achmad Mustofa Bisri, Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatut Thalibin, Rembang.

Sedangkan, Cak Nun pun memberikan pendapat tentang buku Atlas Walisongo. “Buku ini ujung tonggak, komprehensif tentang dakwah Wali Songo. Dalam dakwah Wali Songo, tidak ada satu dimensi kehidupan manusia yang diabaikan. Jadi dakwahnya itu dakwah kelengkapan seluruh kemanusiaan.” ujar Emha Ainun Nadjib, Budayawan.

Sosok dalang keren, Sujiwo Tejo iku bersuara. “Buku Atlas Wali Songo memberikan pemahaman komprehensif tentang Islam di Nusantara. Tanpa buku ini, masa depan Islam akan sangat formal dan karakternya bukan seperti NU. Tanpa menghargai wali Allah, kita hanya menjadi pribadi mukmin, bukan muhsin.” kata Sujiwo Tejo, Dalang dan Penulis Buku. (*)

Rizal Mumazziq

Dosen

Tags: Atlas WalisongoBuku
Previous Post

Usulan Buat Preman Pensiun

Next Post

Sujud: Berbisik di Bumi, Menggema di Langit

Related Posts

Perspektif Humanis dari Dr. Dzinnun Hadi dalam Bincang-Bincang Wanita Karir

Perspektif Humanis dari Dr. Dzinnun Hadi dalam Bincang-Bincang Wanita Karir

by Redaksi
May 15, 2025
0

Suluk.id, Tulungagung –  Di tengah derasnya arus modernitas dan tuntutan produktivitas zaman, perbincangan seputar posisi dan pilihan perempuan dalam kehidupan...

Membangun Komitmen dan Menebar Berkah: Refleksi Dr. Mutrofin tentang Peran Wanita Karier di Era Modern

Membangun Komitmen dan Menebar Berkah: Refleksi Dr. Mutrofin tentang Peran Wanita Karier di Era Modern

by Redaksi
May 14, 2025
0

Suluk.id Tulungagung, – Menjadi wanita karier bukan sekadar tentang ruang kerja, jabatan, atau penghasilan. Bagi Dr. Mutrofin, M.Fil.I, Koordinator Program...

Lailatul Ijtima MWCNU Diwek, Sarana Pererat Tali Silaturahmi Warga NU

Lailatul Ijtima MWCNU Diwek, Sarana Pererat Tali Silaturahmi Warga NU

by Redaksi
May 14, 2025
0

Suluk.id, Jombang - Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Diwek menggelar Lailatul Ijtima, Selasa (13/5) malam. Kegiatan ini...

Menjaga Harmoni Peran: Kisah Dr. Luthfi Ulfa Ni’amah dalam Meniti Karier Akademik dan Peran Domestik

Menjaga Harmoni Peran: Kisah Dr. Luthfi Ulfa Ni’amah dalam Meniti Karier Akademik dan Peran Domestik

by Redaksi
May 13, 2025
0

Suluk.id, Tulungagung, — Acara berjudul “Bincang-Bincang Wanita Karir” yang digelar secara live melalui YouTube SATU TV, Jum’at (9/5/2025), Dr. Luthfi...

Next Post
Sujud: Berbisik di Bumi, Menggema di Langit

Sujud: Berbisik di Bumi, Menggema di Langit

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Perspektif Humanis dari Dr. Dzinnun Hadi dalam Bincang-Bincang Wanita Karir

Perspektif Humanis dari Dr. Dzinnun Hadi dalam Bincang-Bincang Wanita Karir

May 15, 2025
Sejauh Kaki Melangkah, Aku Akan Akan Kembali

Sejauh Kaki Melangkah, Aku Akan Akan Kembali

May 14, 2025
Membangun Komitmen dan Menebar Berkah: Refleksi Dr. Mutrofin tentang Peran Wanita Karier di Era Modern

Membangun Komitmen dan Menebar Berkah: Refleksi Dr. Mutrofin tentang Peran Wanita Karier di Era Modern

May 14, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025