Suluk.id, Tulungagung, — Acara berjudul “Bincang-Bincang Wanita Karir” yang digelar secara live melalui YouTube SATU TV, Jum’at (9/5/2025), Dr. Luthfi Ulfa Ni’amah, M.Kom.I, Koordinator Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, membagikan kisah reflektif dan inspiratif tentang dinamika menjadi wanita karier, ibu, dan istri dalam satu waktu. Acara yang diinisiasi oleh Jurusan Dakwah Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) UIN SATU ini menghadirkan suasana perbincangan santai namun sarat makna, membahas bagaimana perempuan memilih pilihan hidup antara karier dan keluarga.
Dr. Luthfi membuka paparannya dengan menekankan bahwa menjadi wanita karier bukan hanya soal pilihan, melainkan juga soal keberuntungan yang disertai dukungan kuat dari pasangan hidup. “Kalau saya tidak didukung oleh suami, mungkin saya tidak akan sampai di titik ini,” ungkapnya. Ia menyebut bahwa keberhasilannya meniti karier akademik sebagai dosen tidak bisa dilepaskan dari restu dan keterlibatan suaminya dalam berbagai aspek kehidupan rumah tangga.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa perjuangannya tidak serta-merta mudah. Ia harus membagi waktu antara peran domestik dan profesional, terutama sejak dikaruniai dua anak. Meski demikian, ia menyebut bahwa dirinya bersyukur karena memiliki pasangan yang memahami dan turut mengambil bagian dalam tugas rumah tangga.
Sementara itu, Karier akademiknya dimulai setelah menyelesaikan studi dan sempat beberapa waktu fokus sebagai ibu rumah tangga. Ia mengenang masa di mana hatinya merasa “ada yang kurang” meskipun kehidupannya saat itu baik-baik saja. “Saya ingin kemampuan saya bisa diaplikasikan,” kata Luthfi.
Keputusan untuk mendaftar sebagai dosen pun diambil, dan pada 2015 ia resmi diterima sebagai tenaga pengajar di kampus UIN SATU. “Ini juga merupakan bagian dari doa orang tua saya yang diijabah Allah,” ujarnya.
Meski demikian, ia tidak menampik bahwa menjadi ibu rumah tangga pun merupakan pilihan hidup yang mulia. “Perempuan di rumah saja sudah mendapatkan pahala yang luar biasa. Tapi saya kemudian memilih untuk berkarir karena ingin berdakwah lewat jalur akademik,” jelasnya.
Luthfi juga membantah anggapan bahwa wanita karier mengesampingkan peran domestik. Ia bahkan dengan santai mengatakan bahwa dirinya tetap memasak, menyapu, dan mencuci, sama seperti ibu-ibu lainnya. Yang membedakan, katanya, adalah kesepakatan dan kerja sama antara pasangan. Ia mencontohkan pembagian tugas yang alami dengan suaminya, seperti mencuci piring atau menjemur pakaian.
“Bukan berarti suami jadi di bawah saya, bukan. Saya ini santri, dan dalam ajaran kami, suami tetap harus didahulukan dan dihormati,” katanya sambil menekankan pentingnya komunikasi dalam rumah tangga.
Ia menambahkan bahwa sebagai seorang santri, penghormatan kepada suami tidak boleh ditinggalkan meski dirinya memiliki posisi profesional yang tinggi. “Ketika di luar saya sebagai dosen, tapi ketika di rumah saya tetap istri, tetap ibu dari anak-anak,” imbuhnya.
Menutup sesi bincang-bincang, Luthfi menyampaikan pesan menyentuh untuk para perempuan yang sedang menempuh jalan karier. Ia mengajak semua perempuan untuk tetap menjadi pribadi yang baik dalam segala peran dan kesempatan. Baginya, menjadi wanita karier bukan berarti kehilangan identitas sebagai perempuan dalam konteks nilai-nilai keluarga dan agama. Justru, menurutnya, kesuksesan seorang perempuan sejati terletak pada kemampuannya menjaga harmoni antara kehidupan profesional dan domestik.
“Baiklah kepada suamimu, anak-anakmu, orang tuamu, dan semua orang di sekitarmu. Karena kita tidak bisa hidup sendiri. Hidup ini tentang kebersamaan dan kebaikan,” pesannya.
Simak tayangan lengkap “Bincang-Bincang Wanita Karir” bersama Dr. Luthfi Ulfa Ni’amah di kanal YouTube SATU TV.
Suluk.id merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan