Nahdlatul ‘Ulama (NU) lahir dengan segala prosesnya yang cukup panjang. KH. Hasyim As’ary dan KH. Abdul Wahab Hasbullah melahirkan NU dengan berbagai kesepakatan langit dan bumi.
NU diharapkan mampu menjadi rumah besar umat Islam di Indonesia yang senantiasa mengamalkan ajaran Islam yang sesuai dengan apa yang dilakukan dan diajarkan oleh Rosulullah Muhammad SAW.
NU melukiskan kisahnya di Nusantara dengan berbagai lika liku perjalananya. Umat Islam dan seluruh bangsa ini menyandarkan diri pada kemulyaan NU yang selalu dijaga para muasis dan masyayikhnya.
Berbagai perjalanan suka duka dijalani, namun yang pasti NU tidak pernah berkhianat pada umat, bangsa dan NKRI.
NU tidak berpolitik praktis sebagaimana pernah dilalui pada tahun 1952, dimana saat itu situasi memaksa NU untuk menjadi Partai NU. Hingga saat ini, NU berjalan dan Berjaya sebagaimana khittah, konsisten pada perjuangan 1926, saat awal NU didirikan.
Tidak mudah menjadi pejuang NU yang sejati. Butuh perjuangan untuk menjadi sorang Pejuang. Luas dan tulusnya hati sangat dibutuhkan untuk bisa berada pada barisan langit para Syuhada Nahdlatul ‘Ulama.
Sebagai Ormas Islam yang berhaluan Ahlussunah Wal Jama’ah, setidaknya NU harus berpijak pada tiga pilar keilmuan dalam gerak langkah perjuangannya.
Pertama, Ilmu Syariah atau ilmu Fiqh yang akan membuat ibadah menjadi benar, dimana hal ini menjadi pilar utama yang sangat mendasar bagi warga Nahdliyin.
Dalam bentuk apa pun perjuangan warga NU, harus senantiasa tetap pada koridor syariat Islam di bawah bimbingan para ‘Ulama dan Kyai, dengan berbagai metodologi istinbat hukumnya.
Kedua, aqidah atau Ilmu Tauhid yang akan membuat aqidah menjadi benar. Dengan dasar aqidah yang jelas dan benar, maka setiap perjuangan warga NU akan membawa umat menuju ketauhidan yang hakiki dalam dekapan kekuasaan Allah SWT. Jika salah pijakan dalam bertauhid, maka tentu saja merubah arah perjuangan yang sebenarnya.
Ketiga, tasawuf atau ilmu akhlaq yang akan membuat hati menjadi benar dan bersih menuju ridlo Allah SWT. Tentu saja dalam segala bentuk perjuangan dan aktfitas kehidupan.
Syariat saja tidaklah cukup namun harus juga diimbangi dengan ilmu tasawuf, sebagaimana Imam Syafi’i mengatakan bahwa Fiqh dan tasawuf adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Tiga pilar keilmuan itulah yang dapat menjad pijakan perjuangan warga NU di berbagai bidang. Mulai sosial kemasyarakatan hingga perjuangan pada ranah politik.
Kaum Nahdliyin berjuang di bawah komando pra Kyai, yang tentu saja dengan sanad keilmuan dan spirit perjuangan yang nyambung sampai Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Bagaikan kapal induk yang sangat besar, NU tidak bisa digerakan hanya oleh satu atau dua orang saja. Perjuangan agama dan kebangsaan ini harus diperjuangkan, sehingga fighting Spirit seluruh warga NU tidak akan surut.
Sudah saatnya menjelang 1 abad Nahdlatul ‘Ulama, NU menjadi organisasi bertaraf internsional yang senantiasa membawa kemanfaatan dunia dan akherat.
Wakil Ketua PCNU Tuban