Suluk.ID
Thursday, May 15, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Panutan

Ternyata Gus Dur Tidak Sesantuy Itu

by Refki Rusyadi
January 8, 2020
in Panutan
Share on Facebook

Pernah dengar istilah gitu aja kok repot?, pasti pernah atau bisa jadi sering. Slogan ini terasa akrab di telinga kita tentunya. Terlebih slogan ini dicetuskan oleh tokoh Bangsa yang sangat kita cintai yakni Gus Dur. Dengan slogan ini, kesannya Gus Dur itu orangnya santuy, dan sellaw (penulisan aslinya slow, dari serapan bahasa inggris) tidak mau repot. Apapun masalahnya, beliau terkesan enteng mensikapi itu semua.

Maka tak heran slogan ini kadang jadi celetukan familiar bagi kaum santuy saat ini. Saking familiarnya simpatisan Gus Dur dengan apapun itu wadahnya sering melontarkan celetukkan ini untuk mencairkan ketegangan suasana.

Haul Gus Dur baru saja kita rayakan, semua elemen anak bangsa tanpa sekat agama dan kepercayaan ikut berkumpul mendoakan beliau di hari wafatnya. Mengenang jejak hidupnya dengan harapan bisa menauladani arah gerak perjuangannya bagi bangsa ini.

Haul kesepuluhnya kali ini terasa spesial, baru saja simpatisannya dibuat bangga sekligus geram atas noda hitam sejarah soal pelengseran dirinya ketika menjadi orang nomor satu di Indonesia.

Pelajaran dari peristiwa itu semua adalah kerukunan anak bangsa untuk selalu mewujudkan utuhnya NKRI jauh lebih penting bagi Gus Dur ketimbang mempertahankan tahta dan kuasa.

Kembali menyoal ujaran Gus Dur tadi, di beberapa artikel saya sering menemukan Gus Dur kerap sekali mengedepankan unsur eklektik dalam bersikap. Penilaian itu di predikatkan oleh para pemerhati tindak-tanduknya selama menjadi tokoh bangsa.

Hemat saya sikap inilah yang kemudian melahirkan definisi-definisi bijak lainnya bagi seorang Gus Dur. Semisal beliau dijuluki Bapak Pluralisme, Guru Bangsa, seniman, kyai, humoris, egaliter, moderat dan apapun itu alamat yang dituju kepadanya, sudah barang tentu sikap sikap tadi berpangkal pada cara berpikir yang mapan.

Tanpa kecerdasan, dan wawasan yang luas seorang Gus Dur tentunya tidak akan memilih sikap eklektik dalam bersikap. Itulah mengapa, Gus Dur selalu berlaku subversif dari kebanyakan orang lain. Beliau tidak pernah mau seirama dengan kebijakan pemerintah saat itu.

Ketika saya menilik ke kamus besar bahasa Indonesia, makna eklektik adalah pendekatan yang mencoba menyajikan hasil riset, teori, dan dari hasil pemikiran yang ada. Ini artinya seorang Gus Dur dalam memikirkan sesuatu selalu amat radikal dan mendalam. Walau nanti prakteknya terkadang ceplas-ceplos, toh itu hanya bagian dari gaya politik berbicaranya.

Kembali lagi menyoal slogan gitu aja kok repot, hemat saya slogan ini sengaja dicetuskan agar ketegangan dan kebingungan tidak menghantui publik. Bagi beliau rakyat tidak boleh di bodoh-bodohi dengan hantu propaganda yang menyesatkan.

Kita pastinya sadar, pemerintah saat zaman itu atau mungkin sekarang juga terjadi. praktek-praktek propaganda picisan yang sengaja diframing agar rakyat kembali bingung. Dan kini rasanya slogan tadi seolah senjata bagi rakyat kecil dan pecinta Gus Dur untuk menertawai lucunya anak bangsa ini.

Nah berarti gaes, mbah Gus Dur ini, enggak sesantuy yang kita kira lho ya. Sikap eklektik itu enggak mungkin digunakan oleh orang yang gegabah atau terlalu sellaw menjalani hidup. Hanya orang-orang yang cerdas dan serius yang pastinya akan memilih eklektik dalam bersikap.

Jadi gaes, terutama buat kaum millenial, hidup itu jangan terlalu santuy ya, apalagi pake jargon sellaw kayak di pulau, ntar kamu-kamu nggak tahu kalau orang orang yang serius sedang mencoba mbohongi kamu.

Santuynya cukup di bibir aja, hatinya jangan. Karena skripsi itu nggak bisa diselesaikan dengan mantra “santuy dan sellaw”. Sebab, pesan dosen saya skripsi yang selesai itu adalah skripsi yang sudah diprint bukan di ketik doang. Tanya aja tukang foto kopi kalo g percaya. (*)

Refki Rusyadi

Dosen IAIN Tulungagung.

Tags: Gus Dur
Previous Post

Belajar Memaknai Ikhlas yang Sebenarnya

Next Post

Perpecahan Bangsa Arab Pasca Utsmani dan Kegagalan Nasionalisme

Related Posts

Jejak Laskar Pangeran Diponegoro di Desa Mlorah Rejoso Nganjuk, Mbah Canthing dan Perang Jawa

Jejak Laskar Pangeran Diponegoro di Desa Mlorah Rejoso Nganjuk, Mbah Canthing dan Perang Jawa

by Mukani
April 21, 2025
0

Tumenggung Sri Moyo Kusumo adalah salah satu pejabat di Kerajaan Mataram Islam. Tugas utamanya adalah menikahkan masyarakat. Dia diperkirakan lahir...

Mbah Canthing dan Sejarah Desa Mlorah

Mbah Canthing Sebagai Lurah Pertama Desa Mlorah

by Mukani
April 21, 2025
0

Fakta baru ditemukan dari peta tentang Desa Mlorah masa klasik yang disimpan di Koninklijk Instituut voor Taal Land en Volkenkunde...

Mbah Canthing dan Sejarah Desa Mlorah

Mbah Canthing dan Sejarah Desa Mlorah

by Mukani
April 21, 2025
0

Oleh: Mukani - Dosen STAI Darussalam Krempyang Nganjuk Setelah Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan Belanda ke Sulawesi tahun 1830, banyak...

Cak Ulung, Penggerak Kader Muda Kini Telah Meninggalkan Kita

Cak Ulung, Penggerak Kader Muda Kini Telah Meninggalkan Kita

by Muchamad Rudi C
May 11, 2024
0

Suluk.id - Innalillahi wa Inna Ilaihi Rojiun. Angga Ulung Tranggana kerap disapa cak Ulung dikabarkan menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah...

Next Post
Perpecahan Bangsa Arab Pasca Utsmani dan Kegagalan Nasionalisme

Perpecahan Bangsa Arab Pasca Utsmani dan Kegagalan Nasionalisme

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Perspektif Humanis dari Dr. Dzinnun Hadi dalam Bincang-Bincang Wanita Karir

Perspektif Humanis dari Dr. Dzinnun Hadi dalam Bincang-Bincang Wanita Karir

May 15, 2025
Sejauh Kaki Melangkah, Aku Akan Akan Kembali

Sejauh Kaki Melangkah, Aku Akan Akan Kembali

May 14, 2025
Membangun Komitmen dan Menebar Berkah: Refleksi Dr. Mutrofin tentang Peran Wanita Karier di Era Modern

Membangun Komitmen dan Menebar Berkah: Refleksi Dr. Mutrofin tentang Peran Wanita Karier di Era Modern

May 14, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen

Suluk.ID © 2025