Tulungagung, Suluk.id – Perkembangan teknologi 5.0 menghadirkan tantangan sekaligus peluang bagi dakwah Islam di era digital. Dalam Seminar Nasional bertajuk Tantangan dan Peluang Dakwah di Era Teknologi 5.0 yang digelar di Gedung Prajnaparamita UIN Sayyid Ali Rahmatullah (SATU) Tulungagung 23 Februari 2025, para akademisi menekankan pentingnya penguatan intelektual dalam memanfaatkan teknologi sebagai alat dakwah yang efektif.
Acara yang berlangsung pada pukul 15.00 hingga 16.00 WIB ini menghadirkan dua narasumber utama, yaitu Amrullah Ali Moebin, M.I.Kom., dan Dr. Maulana Janah, M.Ag., yang membahas tentang peran teknologi dalam penyebaran ajaran Islam serta tantangan yang muncul dalam penggunaan media digital untuk dakwah.
Islamic Studies di Barat: Pembelajaran bagi Dunia Islam
Dalam pemaparannya, Amrullah Ali Moebin menyoroti bagaimana negara-negara Barat seperti Jerman, Belanda, dan Inggris telah mengembangkan studi Islam dengan pendekatan akademik yang ketat. Menurutnya, banyak negara Muslim justru belum menjadikan Islamic Studies sebagai referensi utama dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
“Di negara-negara Barat, kajian Islam berkembang dengan pendekatan sistematis dan akademik yang kuat. Hal ini menjadi tantangan bagi kita untuk tidak hanya mengikuti, tetapi juga memperkuat studi Islam dengan kualitas yang sama atau bahkan lebih baik,” ungkapnya.
Ia menekankan bahwa teknologi dapat menjadi alat utama dalam membangun dakwah berbasis keilmuan. Dengan pemanfaatan teknologi secara optimal, informasi keislaman dapat disampaikan secara akurat dan sesuai dengan nilai-nilai akademik yang valid.
Dakwah Digital dan Tantangan Misinformasi
Dr. Maulana Janah, M.Ag. menyoroti bagaimana dakwah dapat berkembang lebih luas dengan memanfaatkan platform digital. Media sosial, podcast, hingga film dokumenter menjadi sarana potensial dalam menyebarkan nilai-nilai Islam. Namun, ia juga mengingatkan bahaya misinformasi yang beredar di dunia maya.
“Di satu sisi, dakwah digital memberikan akses yang lebih luas bagi umat Islam untuk belajar dan memahami ajaran agamanya. Namun, di sisi lain, penyebaran informasi yang tidak akurat atau bahkan menyesatkan juga menjadi ancaman serius,” paparnya.
Menurutnya, fenomena Islamofobia digital, radikalisasi online, dan penyebaran hoaks merupakan tantangan yang perlu diatasi oleh para pendakwah. Oleh karena itu, penting bagi komunitas Islam untuk menguasai teknologi dan memproduksi konten-konten berkualitas yang dapat mengedukasi masyarakat secara benar.
Menjawab Tantangan dengan Inovasi
Baik Amrullah maupun Maulana sepakat bahwa untuk menjawab tantangan dakwah di era digital, komunitas Islam harus berperan aktif dalam produksi konten berbasis keilmuan yang menarik dan inovatif. Pendekatan visual dan audio, seperti film, animasi, serta infografis interaktif, dapat digunakan untuk menarik perhatian generasi muda.
“Kalau kita tidak mengambil peran dalam produksi konten digital, maka kita hanya akan menjadi konsumen pasif dari arus informasi yang ada. Ini saatnya kita aktif menciptakan dan mengelola media dakwah sendiri,” tegas Amrullah.
Sebagai penutup, seminar ini menegaskan bahwa teknologi bukan hanya alat bantu, tetapi juga medium utama dalam penyebaran dakwah Islam. Dengan penguatan intelektual dan inovasi digital, dakwah dapat lebih efektif menjangkau masyarakat luas tanpa kehilangan esensi keilmuan dan nilai-nilai Islam yang otentik

Islamic digital activist. Mugi Barokah Manfaat