Teman saya berprinsip: Jika dia membantu temannya, tetapi temannya tidak memberikan bantuan ketika dia membutuhkan. Maka pasti akan ada orang lain yang akan tetap membantunya. Kali ini dia sedang membuktikan bahwa prinsip itu benar. Sepertinya juga setelah ini dia akan lebih bijaksana menghadapi penjual yang posting di marketplace Facebook dengan caption “no minus, mulus, pemakaian alus”. Serta tidak lupa mengumpat “mentolo jot*s nd*se”
Jadi, begini ceritanya. Cerita akan pembuktian bahwa prinsipnya itu benar terjadi tak selang lama ia berucap tadi malam saat kami berbincang di sebuah warung kopi di kota Tulungagung. Saya bertemu kembali setelah sekian lama kami tidak berjumpa. Dia merupakan salah satu teman sewaktu SMA. Sejak SMA memang saya tidak mengenal jauh tentangnya. Kami kenal dan sering bersama ketika menjadi pengurus OSIS. Dia cukup populer di kalangan teman wanita atau laki-lakinya. Artinya cukup mudah dia dalam proses berbaur dengan berbagai macam “jenis” temannya. Selain di OSIS beberapa kali memang kami sempat mengerjakan project bersama, misalnya menjadi anak band dengan genre pop dipadukan dangdut qasidah. Kami perform hanya ketika acara pensi menjelang libur semester saja. Tapi dari band yang diinisiasinya sudah tergambar bahwa dia memiliki sebuah keunikan sendiri dalam berpikir.
Selain menggeluti dunia tarik suara, sebenarnya dia cukup aktif di berbagai organisasi semasa kuliahnya. Yang tidak lain kami semakin mengenal ketika dia juga berada di kampus yang sama dengan saya. Namun, sudah lama kami tidak bersua semenjak dia aktif dengan kegiatan barunya sebagai “aktivis, santri, pebisnis dan trader”. Hanya sesekali “say hai” saja ketika berpapasan. Selebihnya saya tidak mengetahui hal “gila” apa lagi yang dilakukannya. Karena dasarnya dia orang yang sangat visioner, berani mengambil resiko besar, optimis, walaupun dengan optimisme yang kuat dan jiwa yang masih sedikit jumawa kadang atau sering membuatnya blunder.
Pada kesempatan ngopi tersebut, saya mencoba menggali cerita di luar nalar apa yang menarik selama kami tidak pernah bertemu. Ternyata benar kisah hidupnya selama beberapa tahun belakangan seperti naik turunnya permainan roller coaster. Kadang berada di atas kadang nyungsep di bawah dengan segala pikirannya yang semrawut. Hingga kata “pikiran gila” nya dalam arti sesungguhnya atau kiasan sangat beda tipis. Akan tetapi saya tertarik dengan prinsip-prinsip apa yang sudah dipegang ketika berada dalam berbagai situasi. Salah satunya yang bisa saya tangkap: saya akan tetap berbuat baik dan membantu teman saya ketika mereka membutuhkan, walaupun seringkali ketika saya meminta bantuan tidak ada yang dapat membantu saya. Tapi saya yakin bahwa akan diberikan bantuan dari Gusti Allah melalui orang lain. Jadi tidak banyak berharap dengan orang yang pernah saya bantu.
Selesai berbincang, sebenarnya saya berniat membantu menemaninya cash on delivery (COD) sebuah motor bekas untuk kebutuhan operasional bisnisnya di Tulungagung. Tempatnya cukup jauh di kota sebelah. Kurang lebih menempuh jarak 25 Km dengan waktu tempuh sekitar 45 menit perjalanan. Akhirnya berangkatlah kami seusai sholat magrib. Dalam perjalanan kami selipi berbagai topik perbincangan. Sekitar pukul 19.30 kami sampai di lokasi yang telah mereka tentukan. Dengan pengalaman dan pengetahuannya tentang otomotif tentu saya percaya seratus, bahkan seribu persen kepadanya untuk menilik, menganalisis, dan test drive motor yang akan dibelinya. Tentu dia akan memutuskan dengan tenang, matang-matang dan presisi.
Memang bukan dari golongan motor bekas kelas menengah atas, tetapi motor bekas budget pas-pas an jiwa sosialita (BPJS) dengan harga tidak lebih dari 3 juta rupiah. Berulang-ulang dia melakukan test drive, cek kelengkapan komponen, kesesuaian nomor rangka dengan surat – surat, bernegosiasi harga, hingga selalu menekankan ke penjual bahwa motornya masih dalam keadaan baik-baik saja. Penjual pun meyakinkan bahwa motor masih normal, pemakaian terakhir sekedar untuk mengantar sekolah anak, selebihnya masih mulus pemakaian alus. Akhirnya setelah lebih dari 2 jam dia sepakat membeli sebuah motor bekas merk Mio Sporty tahun 2005 dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Memang menurut ceritanya dia sekarang sedang berada di posisi bawah roller coaster kehidupannya. Dia memulai kembali kehidupannya dengan modal pas-pas an. Bahkan masih menyimpan hutang. Hingga mau tidak mau mengolah modal seminim mungkin untuk mengembangkan kembali bisnisnya. Di usianya yang masih belia jika dibandingkan dengan saya, dia cukup berat tanggungan bebannya. Walaupun setiap orang punya ukurannya masing-masing. Pada saat inilah pula sebenarnya dia membutuhkan bantuan dari teman-temannya. Munculah terkadang terbesit pada pikirannya “seharusnya orang-orang yang pernah aku bantu, mereka akan membantuku juga ketika di titik ini. Tapi nyatanya tidak demikian”.
Modal 3 jutaan, dengan sumringah kegirangan Motor Mio Sporty tahun 2005 dia pakai menyusuri jalan raya. Karena dengan pikiran visioner nya, sudah cukup untuk operasional bisnisnya untuk mendapatkan keuntungan berlipat. Dia menggeber motornya dan seketika waktu sudah menunjukan pukul 10 malam tetapi masih sampai setengah perjalanan pulang.
Sialnya, analisis dan pengalaman otomotif nya sedikit mbeleset kurang presisi. Saya sendiri melihat sekilas model motornya seperti motor drag. Dengan knalpot brong, modifikasi joke yang melengkung dan tanpa standar ganda (tengah). Saya berpikir dengan pikiran yang cetek: Lhawong spek reaching seperti ini kok kata penjualannya digunakan hanya untuk mengantar sekolah setiap harinya. Sekolah drag race tah.
Tiba-tiba suara motor mulai menyendat-nyendat tidak lancar. Sepertinya hampir kehabisan bahan bakar. Sampai jarak sekitar 500 meter kecepatan semakin menurun, gas motor ngadat semakin terasa. Pada akhirnya dengan lemas pasrah motor mati tidak bersuara lagi. Saya yang membuntutinya di belakang seketika juga terhenti menepi. Kami mengambil kesepakatan untuk mendorong motor sampai penjual bensin terdekat melalui jalan yang nampak sangat sepi dari kendaraan, apalagi sosok penjual bensin.
Syukurnya, terdapat pom bensin yang masih buka dan tidak jauh dari lokasi matinya motor. Sekitar tidak sampai 100 meter. Kami cukup mendorong sebentar yang kemudian dapat diisi penuh tangki dengan pertalite.
Apesnya, setelah terisi penuh, motor tak kunjung menyala juga. Berbagai cara dia coba lakukan. Ketika kami tengok ke bawah, tes tes tes, menetes deras bensin dari bagian bawah motor. Dia mencoba menyalakannya lagi, dan tidak bisa. Dia mencoba memiringkan motornya, tetap tidak menyala juga. Akhirnya dengan kesal berbagai umpatan dilontarkannya “mentolo jot*s nd*se (rasanya ingin aku pukul kepalanya)” dan umpatan-umpatan lainnya. Saya hanya diam, membiarkannya mengeluarkan amarahnya. Sambil sesekali mencoba menyalakan motornya. Tapi sangat tidak berguna. Saya hanya menyarankan menghubungi penjual kemudian kembalikan saja. Ternyata respon penjual sangat tidak baik.
Beruntungnya, masih ada petugas pom bensin yang masih berjaga. Kemudian dia mencoba bercerita dan mencari informasi akan solusi yang bisa dilakukan. Tak berselang lama, seorang dari penjaga pom menelpon teman-temannya. Datanglah dua orang temannya kemudian. Ternyata dua orang tersebut merupakan pemilik dari sebuah bengkel yang tidak jauh dari lokasi pom. Bergegas kami berbondong-bondong membawa motor mogok tersebut untuk segera ditangani. Sekitar hampir satu jam motor diotak-atik. Hingga pada akhirnya berhasil diperbaiki tidak bocor lagi dan menyala seperti semula. Raut wajah suntuk penuh emosi pada teman saya tadi berubah menjadi sangat sumringah. Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan kembali ke Tulungagung sampai sekitar pukul 23.30-an.
Begitulah sekiranya kisah teman saya sebagai bukti bahwa ketika membantu teman atau siapapun itu, pasti Allah SWT membantu pula dengan berbagai macam cara dan waktu yang tepat. Walaupun bukan dari orang yang pernah kita bantu.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا ، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ ، يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَمَنْ سَتَـرَ مُسْلِمًـا ، سَتَـرَهُ اللهُ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَاللهُ فِـي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ
Artinya: “Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Siapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan, maka Allah memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat. Siapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allâh akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya…” (HR Muslim).
Islamic digital activist. Mugi Barokah Manfaat