Sunday, June 1, 2025
Amrullah Ali Moebin

Amrullah Ali Moebin

Redaktur suluk.id

Konten Keislaman Ala NU Perlu Diperbanyak Lagi di Internet

Konten Keislaman Ala NU Perlu Diperbanyak Lagi di Internet

Saya dipertemukan dengan teman lama. Kami disempatkan berbincang meski tidak lama. Dari penampilannya, dia jauh berubah. Tidak seperti dulu saat sama-sama kita masih unyu-unyu. Sesekali dia mengomentari tentang penampilan saya yang juga berubah. Kami lantas bercerita tentang aktivitas kami saat ini. Dia bercerita tentang kajian keislaman yang diikuti sekarang. Saya tak berkomentar banyak tentang ceritanya. Khawatir nanti justru terjadi perdebatan yang konyol. Cukup saya mengangguk....

Tidak Perlu Malu Belajar dari Murid, Kiai Kholil Bangkalan Pernah Jadi Murid Kiai Hasyim

Tidak Perlu Malu Belajar dari Murid, Kiai Kholil Bangkalan Pernah Jadi Murid Kiai Hasyim

Saat ini sudah tidak ada lagi guru paling hebat. Bahkan, guru bukan lagi satu satunya sumber belajar. Sebab, sumber belajar kali ini bisa didapat dari manapun. Harus, diakui jika tak mengikuti zaman guru akan tertinggal jauh dengan kemampuan murid. Kini murid yang hanya duduk diam di kelas bisa jadi dia sedang belajar sendiri. Bahkan, senakal apapun murid justru dia punya banyak segudang ilmu. Sebenarnya ini...

Tenanglah, Ruwetnya Hidup ini Hanya Urusan Dunia

Tenanglah, Ruwetnya Hidup ini Hanya Urusan Dunia

Lama kami tak bersilaturahim ke seorang guru. Meski tak pernah mengejar di kelas. Namun, beliau adalah guru kehidupan di kampus. Malam itu kami bertiga. Seorang teman telah membuat janji dengan guru kami. Bersepakat untuk datang usai salat tarawih. Di sebuah yayasan yang bangunannya belum sempurna itu, para santri masih tadarus. Abah, begitu kami memanggil, sedang melayani mahasiswa yang berkonsultasi atas tesisnya. Lama kami menunggu. Sampai...

Menantu Terbaik itu Seorang Santri

Menantu Terbaik itu Seorang Santri

Matahari sedang marah sepertinya. Sampai-sampai membuat bumi serasa lebih panas dari biasanya. Tapi, panas itu segera berubah menjadi adem. Saat aku berpapasan dengan bocah-bocah bersarung. Menggayuh sepeda. Ada tas kecil dikempitnya. Ati terasa maknyes. Mereka, bocah bersarung itu. Sedang benyusuri tepi jalan. Lebih dari tiga orang. Mereka berusaha menepi karena tak ingin menghalang-halangi pengendara lainnya. Setelah melihat sebuah gapura. Mereka mulai melaju ke tengah. Berusaha...

Belajar Sabar dari Kiai Aziz Khoiri Lamongan

Belajar Sabar dari Kiai Aziz Khoiri Lamongan

Gang Ababil Keluruhan Sidokumpul Lamongan sedikit lenggang. Jalan yang biasanya ramai dengan aktivitas santri ini saat lebaran telah beralih tangan. Kini warga sekitar yang lebih banyak memenuhinya. Hari itu, hari pertama syawal. Setelah salat idul fitri, masyarakat Lamongan melakukan unjung. Sebuah tradisi berkunjung ke kediaman sanak saudara. Mungkin, unjung diambil dari kata berkunjung. Atau ada makna lain saya kurang paham. Saya menyusuri lorong yang tak...

Pak Kiai, Pemilu Telah Usai Mari Kembali ke Musala

Pak Kiai, Pemilu Telah Usai Mari Kembali ke Musala

Saya bangun agak siang saat itu. Sebab, usai subuh hawa masih dingin. Jadi, memilih tidur kembali sepertinya itu langkah yang baik. Suara ketua KPPS di sebelah kontrakan membuat saya terbangun. Namun, dua teman masih tertidur pulas. Mungkin dia capek. Keluar kontrakan, suana pasar dekat kontrakan sudah tak ramai lagi. Warga sudah terpusat di balai desa. Mereka ha ha hi hi setelah keluar TPS. Memasuki TPS,...

Mbah Moen dan Caranya Menyambut Tamu

Mbah Moen dan Caranya Menyambut Tamu

Saya berhenti di jalan dekat pantai Bulu. Mesin motor kebul-kebul. Sepertinya ia kecapekaan. Saya putuskan istirahat sebentar. Hari sudah tak pagi lagi. Tapi, aktivitas laut di Bulu masih begitu ramai. Dua orang nelayan memikul drum hasil laut. Mereka berjalan di bahu jalan. Berjalan pelan hingga menghilang di ujung gang. Aroma laut begitu kuat saat melintas di Bulu. Bukan hanya karena banyak nelayan di sana. Tapi,...

Surat untuk Kiai Hasyim Asyari

Surat untuk Kiai Hasyim Asyari

Assalamualaikum Kiai. Semoga kiai selalu penuh Rahmat dari Sang Kholiq. Sebelumnya saya harus sampaikan maaf bila surat untuk kiai mengganggu ketenangan. Mungkin juga lancang, seorang santri seperti saya sudah berani berkirim surat pada kiai. Saya menulis surat ini dengan bayangan panjenengan masih begitu sehat. Sama seperti saat membaca kitab klasik. Membaca dengan khusuk sesekali memberikan tanda di kitab yang tengah lusuh itu. Malam terus larut,...

Page 4 of 4 1 3 4

POPULAR

MORE ON TWITTER